Dunia Atau akhirat, Penting mana?
Hasil Kajian
Malam KKM UIKA Kelurahan Mulyaharja Bogor selatan
Pemateri:Sukron Ma’mun
Dunia adalah alam dimana manusia
tinggal setelah meninggalkan alam rahimnya, sedangkan akhirat adalah alam
dimana manusia tinggal setelah meninggalkan alam dunia dan alam barzah.
Sebagaimana kita ketahui Manusia mengalami setidaknya 4 (empat) perpindahan
alam. Pertama, alam ruh yang dimulai dari diciptakannya ruh manusia sampai
ditiupkannya ruh tersebut ke dalam rahim ibu, pada usia kandungan sekitar 4
(empat) bulan. Kedua, alam dunia, yang dimulai dari lahirnya manusia dari rahim
ibu, sampai meninggal dunia. Ketiga, alam barzah yang dimulai dari dikuburnya
manusia sampai kembali dibangkitkannya di yaumul qiyamah. Keempat adalah alam akhirat,
yang dimulai dari dibangkitkannya kembali manusia setelah meninggal.
Dunia adalah alam dimana tempat
manusia menanam investasi sebanyak-banyaknya untuk kehidupan akhiratnya. Baik
atau pun buruk sekecil apa pun, itu semua akan Allah perlihatkan di akhirat
kelak.
Perbedaan yang sangat singnifikan
dari kehidupan dunia dan akhirat adalah, terdapatnya aturan hidup di dunia yang
tidak akan kita jumpai di akhirat kelak. Hal ini dikarenakan, fitrah manusia
yang diberikan dua potensi oleh Allah yaitu potensi kebaikan dan potensi
keburukan. Dan adanya kecenderungan nafsu manusia ke arah keburukan. Sehingga
Islam diturunkan untuk menjaga fitrah suci manusia supaya tidak terjerumus
kepada keburukan.
Islam mengatur semua tatanan
kehidupan dari semua sisi. Termasuk Islam juga mengatur bagaimana seharusnya
porsi kehidupan dunia dan akhirat.
Sebagaimana do’a yang senantiasa
kita ucapkan: “Ya Tuhan kami berikanlah kepada kami kebahagian di dunia dan di
akhirat”. Artinya Islam tidak memandang salah satu di antaranya lebih penting
dari yang lain.
Namun ternyata fenomena yang
terjadi di masyarakat, ada dua golongan besar yang memandang tentang pentingnya
kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Satu golongan memandang bahwa kehidupan
akhirat adalah kehidupan yang paling penting sehingga tidak mengapa kita hidup
miskin, hidup pas-pasan tanpa andil apa pun di dunia ini, asalkan kehidupan
akhirat kita bahagia. Namun ada pula yang berpendapat bahwa meski pun mereka
sadar bahwa mereka akan meninggalkan dunia ini, tapi menurut mereka kehidupan
dunia adalah segala-galanya.
Dua fenomena dikotomi dunia dan
akhirat di atas seharusnya tidak terjadi jika mereka memandang dunia dan
akhirat dari semua sisi.
Allah mengingatkan bahwa kita
harus mengejar kehidupan akhirat kita, namun kita jangan melupakan kehidupan
dunia kita. Dengan demikian kita memang harus mengejar kehidupan akhirat kita,
karena mau tidak mau akhirat adalah satu-satunya tempat pulang kita yang
bersifat kekal. Namun demikian kita juga harus berkontribusi dan mencari kehidupan
dunia kita.
Bayangkan kalau semua orang hanya
mengejar kehidupan akhirat. Siapa yang mau membantu mereka yang teraniaya?
Siapa yang mau membantu mereka saudar-saudara kita yang kesussahan? Siapa yang
mau mengajak teman-teman kita yang lupa untuk kembali ke jalan yang benar?
Jangankan kita dapat menolong mereka, mungkin kita sendiri akan terisolasi dari
kehidupan kita sendiri.
Coba renungkan kenapa Allah
menciptakan manusia harus melewati alam dunia, kalau tujuannya hanya untuk
kebahagiaan akhirat (masuk surga)?
Kenapa Allah tidak langsung
memasukan kita saja ke dalam Surga? Bukankah tidak ada yang mustahil bagi
Allah?
Itu artinya Allah menginginkan
kita untuk sedikit saja, kalau tidak mampu banyak, untuk berkontribusi dalam
proses pemakmuran alam dunia ini.
Bukankah kita sudah mengetahui
bahwa tujuan penciptaan manusia ada dua. Pertama adalah untuk senantiasa
beribadah kepada Allah, dan yang kedua adalah untuk menjadi khalifah di muka
bumi ini.
Kedua tugas ini bukanlah pilihan
namun keniscayaan. Mau tidak mau kita harus melaksanakan keduanya. Namun apakah
kita mampu melaksanakan kedua tugas manusia tersebut? Bagaimana caranya?
Jawabannya bisa. Caranya kita harus berusaha sekuat tenaga untuk memakmurkan
dunia ini dari aspek apa pun, artinya kita harus mengejar kehidupan dunia kita
seolah-olah kita akan hidup selamanya, namun jangan lupa kita harus niatkan
karena Allah. Dengan begitu setiap perbuatan kita akan bernilai ibadah di mata
Allah. Insya Allah. Karena bukankah kita juga harus mengejar kehidupan akhirat
kita seakan-akan kita kan mati besok? Itu dia jawabannya.